Senin, 14 September 2009

"Bolak Balik (kaya Strikaan) Ngurus KKP,,, "


wewww......... sudah dua minggu ini bolak balik kaya strikaan di kampus....
dosen yang dicari susahhhhh........ ketemunya,, ckckc
mempersulit mahasiswa ya.. (pengen jadi dosen yang baek hati dan tidak sombongg :D)

secara sudah mahasiswa semester akhir,, waktunya untuk menjalani KKP (kuliah kerja profesi).. HURAIII!!! akhirnya merasakan juga yag namanya KKp, selama ini yang hanaya dengar2 sama senior-senior, sekarang tak terasa sudah nyampe kesituw,,, wow,,,!

Dua minggu yang melelahkannnn,,,,,, bulan puasa sebenarnya bukan menjadi penghalang, tapi menunggu itu yang bikin orang pusiiiing,, orang yang dicarri-cari tak ketemu juga,,, setelah penantian dua mingggu penantian,, FINALLYY... selesai juga urursanq,,berkas semua sudah masuk,,^_^

Berkat Dosen Muda yang cantik plus baek hatiii ( hehehe ada maunya) akhirnya selesai juga pengurusan penempatan KKP sesuai yang diinginkan.... asik,, asik,, semua ini tidak terlepas dari rahmat Allah swt,, dukungan Orang tua dan saudara,, serta teman-teman seperjuanganq ( huhuu serasa Lagi pidato penerimaan AWARD yang dipertelevisian)

yupz... sekarang tinggal menunggu pembekalan selama dua hari,, trus taggal 5 terjun langsung ke lapangan (kantoran)..

doakann yaaaaa ^_^


Minggu, 06 September 2009

"SAPI Punya Makanan Baru...."










Kampusq,,,, oh kampusq...
hehehe,, dalam bLog ini penulis tidak bermaksud menjelek-jelekan ataupun menyudutkan pihak-pihak tertentu ... huhuuh
melainkan,, hanya untuk iseng-iseng sekedar pengisi waktu luangggg... ^_^
Kamu pasti Bertanya,,, kenapa bisa foto seekor sapi tak jelas milik siapa ini bisa nongol di Blog ini.. malah semakin aneh kalau diperhatikan degan seksama dan dalam tempo yang seingkat-singkatnya (Proklamasi Kaleee!) YUP! memang anehh,, SAPI makan KERTAS = ANEH..
hohoho... Pertanyaannya,, pernakah anda melihat pemandangan ini (kalau bisa dikatakan pemandangan sih,, :P ) di area kampus,,
Kalo Ya, berarti Tidak beda tipis sama Kampus ku,
Kalo Tidak,, pasti merasa aneh kan,,,
sebenarnya mahluk itu bukan milik kampusq,, tapi entah apa maksud dan tujuan pengembalanya, sapinya digiring ke area kamps.... padahal klo dilihat, sama sekali tidak ada hamparan rumput didalamnya,, maka jadinya sang sapi makan kertasssss! sungguh ironis.
tapi tidak rutin juga sih sapinya dtng berkunjung,, klo rutin ental apa jadinya kampus ku,,
kapan ya bisa ditertibkan,, masa kita2 nongkrong bareng sapi,, huhuh ga asyik

Kamis, 03 September 2009

Kapan Bisa Punya........


Namanya manusia ya,,,,,

terlalu banyak keinginan, yang ingin dipenuhi,

tetapi' tentunya keinginan tersebut harus diraih dengan berusaha agar dapat tercapai,, huhuhu


sebagai manusia biasa' memiliki keinginan itu wajar' saja kan,,

berangkat dari ketertarikan terhadap dunia fotography.. jadi pengen punya kamera Canon,,
berhubung belum menghasikan duit sendiri,, jd agak susah minta ke Bonyok,, mengingat kebutuhan keseharian saja sudah bejibun banyaknya,, huhu jadi sampai sekarng belum bisa terealisasi.

waktu searching2 d Om google aku ngecek harga kamera itu,, dan ternyata mahal bow....
sekarang hanya bisa berdoa,, huhu muda-mudahan bisa punya kamera canon itu,, T.T

Senin, 31 Agustus 2009

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur. QS. Al Baqarah : 243

Menjelang Ramadhan tahun ini ada seorang sahabat menuturkan kisahnya.
Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya
berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan.
Usai mereka membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka
sarat dengan tas plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko
swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat
itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada
istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah.
Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan
ternyata itu tidak mencukup kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan
jari-jarinya dan ia arahkan kearah mulutnya, kemudian ia memegang
kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup
itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata dengan bahasa isyarat, "Aku
dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan."
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas
isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku
tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"

Ironisnya meski ia tidak menambahkan sedekahnya malah istri dan
putrinya Budiman menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli
cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang adalah tanggal dimana ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekeningnya.
Ia sudah berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin
tersebut. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian
muncullah beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan
senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam
rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM.
Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya.
Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai
10 ribu yang ia tarik dari dompet. Kemudian uang itu ia lipat menjadi
kecil dan ia berniat untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi
meminta tambahan sedekah.

Budiman memberikan uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang
yang ia terima betapa girangnya dia. Ia berucap syukur kepada Allah
dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh
kesungguhan:
"Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan!
Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga.
Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan
keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu
mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya
wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya
bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan
putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini
mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?"
Istrinya bertanya. Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan
bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun
Budiman melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya,
ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak
itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga
kita. Panjaaaang sekali ia berdoa! Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu
bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau
memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah,
apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa,
ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun
sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan
beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas
setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba.
Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang suka lalai atas segala
nikmat-Mu!

WADAH HATI

Suatu ketika hiduplah seorang tua bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda sedang dirudung banyak masalah. langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. tamu itu memang tampak seperti orang yg tak bahagia. Tanpa membuang waktu orang itu langsung menceritakan semua masalahnya.



Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua. "Pahit, pahit sekali ", jawab tamu sambil meludah ke samping. Pak tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya. "Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat tamu itu mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya ?"."Segar ", sahut tamu. "Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua. "tidak, " sahut tamu itu.



Dengan bijak pak tua itu menepuk punggung si anak muda, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. " anak muda, dengarlah : pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. itu semua akan tergantung dari hati kita sendiri. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada 1 yg kamu dapat lakukan, lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."



Pak tua itu lalu kembali menasehatkan : "Hatimu adalah wadah itu. perasaanmu adalah tempat itu. kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." Keduanya lalu beranjak pulang, dan sama-sama belajar pada hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu kembali menyimpan serbuk pahit, untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa.